Memasuki awal tahun 2025, Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Kalimantan bergerak cepat dengan serangkaian program strategis. Mulai dari penyusunan rencana kerja, penyaluran hibah, hingga penguatan komunitas lokal, semua diarahkan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem hutan tropis Kalimantan serta memperkuat peran masyarakat dalam pengelolaannya.

Triwulan pertama tahun ini adalah dimulainya kembali proses hibah Siklus 6 yang sempat tertunda sejak 2021. Perkumpulan ALeRT resmi ditunjuk sebagai mitra pelaksana konservasi Badak Sumatera di Kalimantan Timur, menindaklanjuti permintaan khusus dari Dirjen KSDAE KLHK. Perjanjian hibah ditandatangani pada 3 Februari 2025 dengan nilai Rp7,3 miliar untuk masa kerja dua tahun, sementara penyaluran tahap awal sebesar Rp2,86 miliar telah dilakukan. Konservasi badak ini menjadi prioritas, mengingat statusnya yang sangat terancam punah dan habitatnya yang semakin terfragmentasi.

Awal tahun juga ditandai dengan penyusunan Rencana Kerja 2025 dan finalisasi Laporan Tahunan 2024. Selain itu, Congressional Report dan Scorecard 2024 rampung disampaikan kepada Direktur Program TFCA Pusat, Mr. Scot Lampman. Langkah ini menunjukkan komitmen TFCA Kalimantan terhadap akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana hibah lingkungan.

Kolaborasi lintas sektor turut diperkuat. TFCA Kalimantan bersama Yayasan KEHATI melakukan audiensi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menyampaikan progres program, termasuk konservasi Badak Sumatera. Pertemuan dengan Bappeda Kalimantan Barat juga dilakukan untuk mengaktifkan kembali Pokja Heart of Borneo, sejalan dengan amanat UU No. 59 Tahun 2024 tentang RPJPN 2025–2045. WWF Indonesia turut menunjuk Ali Imron sebagai Oversight Committee (OC) dan Ronsenda sebagai Oversight Committee Technical Member (OCTM) guna mendampingi pelaksanaan program.

Dari sisi publikasi, website resmi TFCA Kalimantan diperbarui bersama Enalab untuk menghadirkan tampilan yang lebih ramah pengguna. TFCA Kalimantan juga aktif berpartisipasi dalam Simposium Internasional Biodiversity and Ecotourism 2025 di Yogyakarta. Booth TFCA Kalimantan dan Sumatera dikunjungi lebih dari 75 peserta dari kalangan akademisi, NGO, pemerintah, hingga swasta. Dalam kesempatan itu, Tonny Suhartono selaku OC TFCA Kalimantan menjadi pembicara yang membahas peluang dan tantangan ekowisata di kawasan Heart of Borneo.

Dukungan nyata bagi masyarakat dan lembaga lokal terus dijalankan. Sepanjang semester I 2025, TFCA Kalimantan juga menggelar berbagai kegiatan literasi konservasi, mulai dari bedah buku, webinar, hingga dialog masyarakat. Topiknya beragam, meliputi keanekaragaman hayati Kalimantan, pangan lokal, pelestarian pesisir Teluk Balikpapan, konservasi banteng Kalimantan, hingga penguatan adat di Sungai Utik. Total lebih dari 200 peserta dari komunitas, akademisi, pemerintah, dan masyarakat hadir dalam kegiatan tersebut. Dukungan konkret juga diberikan, antara lain 3 set alat tenun dan 90 kg benang bagi kelompok tenun perempuan Endo Segadok di Kapuas Hulu, bantuan alat panjat dan 60 buku “Kehati di Bumi Khatulistiwa” bagi BKSDA Kalimantan Barat, serta pencetakan 20 eksemplar buku “Teluk Balikpapan: Ayo Lestarikan Harta Laut Kita” lengkap dengan ISBN bersama Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Balikpapan. Webinar bersama Yayorin bertema “Status dan Upaya Konservasi Banteng Kalimantan” juga digelar pada Maret 2025, menyoroti urgensi SRAK, riset genetika, serta strategi konservasi insitu dan eksitu. Tak ketinggalan, kerja sama dengan NatGeo Indonesia menghasilkan video dokumenter berjudul “Misi Hijau: Pesisir Berau” yang ditayangkan melalui kanal YouTube NatGeo Indonesia.

Dari aspek pengelolaan dana, per Maret 2025 total Trust Fund TFCA Kalimantan yang dikelola melalui HSBC Singapura mencapai USD 6,26 juta. Alokasi biaya administrasi tahun ini sebesar Rp5,3 miliar, dengan realisasi triwulan pertama mencapai Rp770,9 juta atau 15 persen. Hingga Maret 2025, total penyaluran seluruh siklus (1–6) telah mencapai Rp218,4 miliar dari komitmen Rp251,5 miliar. Siklus 5 hampir rampung, hanya menyisakan satu mitra dalam tahap laporan akhir, sementara Siklus 6 baru dimulai dengan satu mitra aktif (ALeRT) dan 35 proposal lainnya akan diproses pada triwulan berikutnya.

Agenda besar yang akan dijalankan pada semester II 2025 meliputi penyusunan laporan tahunan, penerbitan buku rekam jejak TFCA Kalimantan jilid II, buletin program, leaflet, serta pembuatan video pembelajaran proyek mitra. Selain itu, akan dilakukan pengadaan konsultan untuk pengelolaan pengetahuan dan exit strategy, pelatihan staf dan penguatan kelembagaan, serta monitoring dan evaluasi teknis maupun keuangan para mitra. Dengan langkah-langkah ini, TFCA Kalimantan terus menunjukkan komitmennya menjaga hutan tropis Kalimantan dan memperkuat peran masyarakat dalam menjaga warisan ekologis dunia.

Tim komunikasi TFCA Kalimantan/HW2025

www.tfcakalimantan.org