Indecon-TFCA Kalimantan bekerjasama dengan kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menggelar kegiatan diskusi webinar (25/05/2021) dengan tema persiapan pola perjalanan wisata Heart of Borneo sebagai respon perubahan pasar pada masa kebiasaan baru (new normal).  Diantara berbagai wilayah potensial untuk Pariwisata di Indonesia, kawasan Heart of Borneo (HoB) sangat diberkahi dengan modal alam dan budaya yang memiliki ciri khas tersendiri. HoB  adalah upaya kerjasama konservasi oleh tiga negara-Indonesia, Malaysia dan Brunei- untuk melindungi blok hutan seluas 220.000 km2 di Pulau Kalimantan/Borneo. Cakupan wilayah HoB yang masuk ke Indonesia mencapai 16,8 juta ha atau 72,23% dari seluruh wilayah HoB (Pokjanas HoB).  Secara administratif wilayah tersebut melingkupi empat propinsi yaitu: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara dan tersebar di 17 kabupaten dan 96 kecamatan, serta menghubungkan empat kawasan konservasi yaitu TN Kayan Mentarang, TN Betung Kerihun serta Danau Sentarum, TN Bukit Baka-Bukit Raya.

Sebanyak  3.000 spesies pohon tumbuh di kawasan HoB, termasuk 267 spesies meranti-merantian (Dipterocarpaceae) yang merupakan  pepohonan utama pembentuk hutan tropis Kalimantan. Satwa liar di sini sangat menakjubkan karena di sini merupakan tempat tinggal orang utan kalimantan (Pongo Pygmaeus), bekantan (Nasalis Larvatus), gajah kerdil (Elephas maximus borneensis), kucing merah (Pardofelis Badia) dan badak (Dicerorhinus sumatrensis).  HoB juga berperan sebagai menara air bagi seluruh wilayah Pulau Borneo, yaitu setidaknya merupakan sumber air bagian hulu bagi 14  dari 20 sungai utama di Kalimantan).  HoB juga identik dengan masyarakat asli yaitu suku Dayak karena merupakan tempat tinggal bagi 7 kelompok suku Dayak HoB yaitu Kayan, Kenyah, Iban, Punan, Lundayeh/Lun Bawang, Kelabit dan Barito-Ngaju.

Keaneragaman dan kekayaan tesebut membuat HoB merupakan surga bagi para petualang dengan  beragam kegiatan wisata dapat dilakukan, misal jelajah hutan (trekking), observasi satwa liar, mendaki gunung, memancing, melakukan penelitian, wisata pedesaan, mempelajari kebudayaan lokal dan lain-lain. Memperhatikan kondisi tersebut maka penting untuk terdapat suatu pola perjalanan wisata di wilayah HoB. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi informasi-informasi umum,  daya tarik, fasilitas, aksesibilitas, profil wisatawan dan motivasi pola pergerakan wisatawan.

Pola perjalanan wisata yang tersusun dengan baik dan sistematis dapat memudahkan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata serta membentuk konektivitas baik daya tarik maupun atraksi wisata di wilayah HoB. Selain itu pola perjalanan dapat mendorong diversifikasi atau penganekaragaman produk destinasi pariwisata dengan mempertimbangkan preferensi pasar pada masa new normal. Dengan adanya  pola perjalanan maka potensi daya tarik wisata, aksesibilitas dan fasilitas dapat terkontrol dengan baik, selain juga dapat menjadi acuan kepada pemangku kepentingan terkait dalam pembuatan paket-paket destinasi wisata yang ada serta dalam mengembangkan pariwisata dan mendorong pertumbuhan ekonomi HoB.

Penyusunan Pola Perjalanan Wisata HOB telah dilakukan pada tahun 2020 dengan difasilitasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hasil dari penyusunan ini perlu untuk disebar luaskan kepada para pemangku kepentingan terkait agar dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang perjalanan wisata dan penjabarannya ke dalam produk-produk wisata. Saat ini Indecon dengan dukungan Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Kalimantan baru memulai program “Peningkatan Daya Saing Produk Ekowisata Berau dan Kapuas Hulu’ yang dengan sendirinya memiliki kaitan erat terhadap pola perjalanan wisata tersebut.

Pada webinar yang di hadiri sekitar 100 peserta dari dinas Pariwisata provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dan juga pelaku wisata Tour Operator dari berbagai wilayah di Kalimantan. Di dalam produk pengembangan wisata kemenparekraf menetapkan beberapa strategi yang akan dilakukan dengan mendiversifikasi produk pariwisata melalui penyiapan pola perjalanan wisata secara tematik. Salah satunya yaitu Heart of Borneo. Di tahun 2021 ini dalam pengembangan wisata kemenparekraf akan melanjutnya progres nya dengan menyiapkan program story telling dan interprestasi dari masing produk perjalanan wisata “ungkap Alexander Reyaan, Direktur Wisata Minat Khusus Kemenparekraf”.

Pada kesempatan yang sama pelaku wisata lokal belum secara optimal dilibatkan dalam pengembangan wisata HoB. “Berdodi dari Blue Betang tour” menceritakan lesu nya minat wisatawan di wilayah mereka terutama dalam kondisi pandemi seperti saat ini, dimana pembelakuan protocol covid yang mengharuskan wisatawan yang datang wajib di karantina selama lima hari membuat wisatawan yang berkunjung menurun drastis. Hal ini membuat  para pelaku wisata mengalihkan strategi kegiatan nya ke sektor pertanian dan perkebunan dalam skala kecil seperti kopi, kakao, dll. Hal senada juga diucapkan “Yomi”.

Para Tour Operator mengharapkan dukungan pemerintah pusat maupun daerah dapat membantu mencarikan solusi untuk tantangan yang dihadapi oleh Tour Operator di Kalimantan. Ary Suhandi Direktur Indecon, bersedia untuk menfasilitasi forum diskusi khusus dan mensinergikan Pokja lintas sektor  bagi tour operator yang dapat mendorong pengambangan pariwisata di kawasan HoB.

Kalbar sediakan produk wisata pola perjalanan “Heart of Borneo”

Provisi Kalimantan Barat (Kalbar) kini menyediakan produk wisata berupa pola perjalanan Heart of Borneo (HOB). Ini merupakan kerja sama konservasi tiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei.

Tujuan kerja sama tersebut yaitu untuk melindungi blok hutan seluas 220.000/km persegi di Pulau Kalimantan/Borneo, dan 16,8 juta hektare atau 72,23 persen berada di wilayah Indonesia. “Di Kalbar sendiri tersedia paket wisata ‘Border to Border’ di tiga lokasi yakni Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk, PLBN Badau, dan PLBN Entikong.

“Di ketiga PLBN tersebut juga diadakan festival crossborder dengan menampilkan UMKM lokal dan pertunjukan kebudayaan setempat,” kata pelaku wisata Kalbar, Dewi Sapitri, Selasa (25/5).

Dalam pemetaan wilayah HOB di Kalbar sendiri tersebar di wilayah hulu menuju wilayah lintas batas mulai dari sebagian Sintang hingga Kapuas Hulu, yakni Taman Nasional Bukit Baka, Bukit Raya, Betung Kerihun, dan Danau Sentarum. Dewi mengatakan, alam HOB ini ada tiga tema dengan masing-masing tujuan wisatawan yang berbeda, pertama Spirit of Exploration atau eksplorasi yang disediakan wisata pengamatan satwa liar dan keanekaragaman hayati, susur sungai, hingga spot fotografi lansekap.

Lalu ada Spirit of Adventure atau berpetualang yang disediakan wisata mendaki gunung, susur gua, hingga ada Spirit of Discovery dengan berwisata menyusuri kehidupan suku pedalaman dan story telling bersama suku Dayak. Dewi menyebut, beberapa bulan terakhir pihak Kementerian Kehutanan bersama Balai Besar Betung Kerihun dan Danau Sentarum telah mengikutsertakan pemandu wisata lokal mereka untuk ikut sertifikasi pemandu wisata lokal dan 30 orang ini sudah memegang sertifikat kompetensi/lisensi. “Ini jadi bukti keseriusan pemerintah kami atau penggiat pariwisata lisensi ini menjadi bentuk meningkatkan kepercayaan wisatawan terutama wisatawan luar agar bisa berkunjung kembali ke Kalbar,” ujarnya.

Dewi mengatakan, di Kalbar sejak dikampanyekan ‘Yok Wisata di Kalbar Jak’ antusias wisatawan lokal yang dulu sering memilih bepergian ke luar negeri karena lokasi yang dekat elama pandemi tingkat kunjungan untuk destinasi wisata lokal sangat meningkat karena kampanye ini. Hal ini dinilainya lebih aman terutama dalam kondisi pandemi Covid-19 ini namun kami tetap membatasi sesuai dengan arahan gubernur. “Yang saya tawarkan adalah inovasi dan kolaborasi sesama pelaku industri pariwisata dan di masa pandemi ini perlu ditingkatkan untuk kembali ke alam, lebih banyak bersentuhan dengan masyarakat, dan membatasi jumlah kunjungan wisata seperti rekomendasi HOB,” ujarnya.

Sementara itu pihak perwakilan Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Kalbar, Ode juga menanggapi terkait peningkatan keamanan pariwisata selama pandemi Covid-19. “Kami mengikuti program dari Kementrian Pariwisata dan Perekonomian Kreatif yakni sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Enviromental Sustainabillity) dan di tahun 2020 sudah ada 30 usaha yang bersertifikasi,” kata Ode. Tak hanya itu, pihaknya juga mengembangkan potensi wisata desa. “Kami sedang mengurus produk hukumnya lewat peraturan gubernur dan telah mengembangkan konsep wisata desa kepada masing-masing kabupaten dan kota,” kata dia. (ANTARA)