Tantangan di Tengah Pandemi Corona

Pandemi Corona atau covid-19 mendera berbagai wilayah di Indonesia, termasuk ke Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Di Kota Balikpapan sempat masuk kategori zona merah karena kasus positif terus meningkat.

Kontan kondisi itu membuat llaju gerak ecotourism Mangrove Center Graha Indah Balikpapan kena imbas, tingkat kunjungan menurun drastis meski masih ada segilintir wisatawan yang mau datang mencari hiburan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.

Hitungan persentase tingkat kunjungan, Agus Bei beberkan, sejak pandemi, wisatawan yang datang ke mangrove turun sebanyak 70 persen.

Mangrove Center Graha Indah mengambil kebijakan saat Balikpapan berstatus pandemi Corona. Ikut menutup secara total, tidak menerima tamu atau wisatawan domestik dan mancanegara.

“Sebelum ada Corona, tempat kami sering dikunjungi wisatawan dari mancanegara. Ini yang kami takutkan. Jangan sampai bawa virus, kami ikut saja tutup sementara, tutup total tidak menerima wisatawan dari manapun,” tegasnya.

Penutupan lokasi mangrove tentu saja bukan berarti mangrove sebagai sumber dari segala sumber pandemi Corona. Ditutupnya kawasan mangrove bertujan menangkal penyebaran covid-19.

Jangan sampai, kata dia, ada turis membawa virus Corona lalu tularkan ke orang lain di lokasi mangrove center. Nanti tempat mangrove center jadi heboh, Agus ingin mangrove center tidak dikategorikan sebagai klaster mangrove.

Menurut Agus, bukan berarti ditutupnya mangrove center menjadi mati suri, akan tetapi momen isolasi dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan dan penambahan fasilitas penunjang di mangrove center.

“Tempat kami tutup, saya bersama relawan-relawan manfaatkan buat bangun-bangun. Sejak kami tutup, kami bisa buat tracking (jalan jembatan kayu) sepanjang 100 meter, membangun musholla,” katanya.

Soal pendanaan untuk biaya menata wisata mangroveAgus Bei beberkan, ada beberapa donator yang rela ingin mau ikut berkontribusi. Setiap donatur yang memberikan dana dilakukan transparan, terpampang siapa-siapa saja yang memberikan. Dipajang di tempat wisata dalam bentuk papan baliho.

Selain itu, Agus Bei juga tidak pernah absen untuk ikut keluarkan dana, mengingat saat ini dirinya sering kali menjadi penyuluh dan pembicara dalam seminar skala provinsi sampai nasional.

“Dapat rezeki dari acara-acara, ya kadang dipakai buat baguskan tempat ini (mangrove center Graha Indah),” ungkapnya.

Tentu saja, proses isolasi karena pandemi Corona dimanfaatkan untuk kegiatan yang inovatif. “Kami boleh lockdown, tapi produktivitas kami tidak akan pernah mati buat mangrove center,” ujarnya.

Seiring waktu berjalan, ungkap Agus, lokasi wisata Mangrove Center Graha Indah mulai membuka diri terhadap isolasi, menerapkan konsep new normal.

“Juni 2020, mulai buka, mangrove center new normal, tetapkan protokol kesehatan. Mau datang syaratnya ikuti protokol, mereka yang rombongan, harus ada rapid test. Kalau tidak ada, tidak bisa masuk,” katanya.

Sejak dibuka, new normal, mulai bermunculan pengunjung. “Baru-baru ini saja, ada kegiatan bakti sosial, rapid test massal, cek gula darah kolestrol, ramai buat disini,” ungkap Agus.

Dia merasa optimis, memasuki penghujung akhir tahun dan masuk awal tahun 2021, ada kebangkitan ecotourism. Dunia parwisata di Balikpapan bergairah kembali mesti harus menerapkan pola protokol kesehatan. “Prediksi saya, Januari sudah bisa normal lagi,” tuturnya.

Harus Dianggap jadi Anak Emas

Di tempat terpisah, Puspa Dewi Liman, Direktur Program TFCA Kalimantan Yayasan KEHATI, menilai, Mangrove Center Graha Indah Balikpapan bagian dalam kegiatan ecotourism yang membutuhkan dukungan dari banyak pihak. Membangun dan menjalankan ecotourism bukan perkara mudah.

Karena itu, tegas dia, sudah seharusnya, Mangrove Center Graha Indah Balikpapan diberi perhatian sebesar-besarnya oleh semua pihak, termasuk dari pemerintah daerahnya.

“Diibaratkan jadi anak emasnya saja. Kasih bantu. Anggaplah jadi asetnya pemda,” ujarnya kepada TribunKaltim.co pada Senin (14/12/2020) sore via WhatsApp.

Dia ketahui, selama ini Agus Bei dan kawan-kawan dalam menata lokasi ecotourism begitu gigih secara mandiri. Dana yang terkumpul dari para turis yang berkunjung, dikelola kembali untuk kemajuan ecotourism.

“Saya pernah berkunjung waktu ada acara Heart Borneo. Saya lihat disana, mereka yang donasi terpampang. Hasil donasi dibuat lagi untuk kemajuan ecotourism,” ujarnya.  

Puspa sangat berharap, ecotourism mangrove center Graha Indah Balikpapan bisa semakin maju, jadi lokasi tempat wisata yang berbasiskan edukasi lingkungan.

Wisatawan yang datang bisa mendapat informasi ilmu pengetahuan tentang ekosistem di mangrove, bukan sekadar berkunjung lihat-lihat saja.



Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul Ekowisata Mangrove Center Graha Indah Balikpapan, Cara Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, https://kaltim.tribunnews.com/2020/12/14/ekowisata-mangrove-center-graha-indah-balikpapan-cara-bertahan-di-tengah-pandemi-covid-19?page=4.

Editor: Budi Susilo