Manfaat produk turunan Tengkawang

Selama ini produk utama dari pohon Tengkawang yang dihasilkan adalah buah Tengkawang. Pada saat musim panen buah Tengkawang, masyarakat melakukan panen buah. Lalu menjual buahnya kepada tengkulak kampung atau pengepul dengan harga buah basah sekitar Rp 2000,- dan buah kering Rp 5000 hingga Rp 7.000,-.

Produk turunan dari buah Tengkawang kebanyakan dikenal oleh masyarakat disebutnya minyak atau mentega dari buah Tengkawang. Kata Deman Huri, menurut beberapa ahli ketika penyebutnya minyak atau mentega maka harga akan lebih murah. Dari senyawa kimia yang dimiliki dan bentuk produk maka disebut butter nabati (green butter).

Butter dari buah Tengkawang di pasaran dunia dikenal dengan Borneo Illipi (Gren butter) karena satu-satunya yang ada di dunia. Keunggulan dari butter dari buah Tengkawang proses pembuatanya tidak ada campuran bahan lain termasuk campuran dari senyawa kimia untuk membuat sebuah butter. Maka produk ini disebut produk organik.

Proses pembuatan butter dari buah Tengkawang dapat dilakukan secara rumahan oleh masyarakat. Ataupun pabrik skala besar. Pemanfaat butter dari buah Tengkawang sangat banyak sekali. Dalam sebuah produk butter buah Tengkawang hanya digunakan sebagai esensial saja. Pemafaatan butter dari buah tengkawang digunakan oleh masyarakat dalam bidang industri makanan, kue, kuliner, industri kecantikan, dan industri obat-obatan.

Seperti yang dilakukan oleh komunitas ibu-ibu di Desa Sahan. Sudah sejak lama pembuatan butter di sana. Harga dari butter buah Tengkawang di pasaran lokal untuk butter dari buah Tengkawang layar sekitar Rp 90.000,-/kg, sampai Rp 100.000,-/kg. Sementara harga butter dari buah Tengkawang tunggul Rp. 130.000,-/kg sampai Rp.160.000,-/kg. Buah Tengkawang yang diolah bisa menghasilkan butter 40 persen menjadi butter.

Dalam membuat butter buah Tengkawang adalah buah yang sudah dijadikan tepung meninggalkan sisa limbah sekitar 60 persen. Limbah dalam bentuk tepung tersebut masih mengantung protein dan lemak sangat tinggi. Secara tradisional masyarakat menggunakan limbah dari sisa produksi butter buah tengkawang digunakan untuk pakan ternak seperti ayam, babi dan ikan. Ada juga masyarakat menggunakannya untuk pupuk tanaman perkebunan dan sayur-sayuran di kebun mereka.

Setelah panen buah Tengkawang, masyarakat membersihkan buah Tengkawang sepeti membuang sayaf buah Tengkawang dan kulit buah Tengkawang. Setelah itu mereka menjemurnya. Banyaknya limbah dari sayap buah dan kulit buah Tengkawang.

“Sebenarnya bisa diolah oleh masyarakat menjadi berbagai produk seperti hiasan, arang aktif. Atau bioenergi untuk baha bakar pengering buah Tengkawang,” kata Deman Huri.

Semua jenis pohon tengkawang menghasilkan damar. Biasanya setiap tahunya masyarakat menggambil damar Tengkawang di bawah pohon Tengkawang. Dulu waktu ada pembeli di pasaran harga damar pohon tengkawang sekitar Rp. 3.000,-/Kg sampai Rp.5.000,-kg.

Kebanyakan masyarakat di sana menggunakan damar dari pohon Tengkawang sebagai perekat pembuatan perahu sunggai agar tidak bocor. Hingga kini perekat tradisional ini masih digunakan masyarakat menggunakan perekat dari damar Tengkawang.

Perekat dari damar pohon tengkawang biasanya dikenal dengan nama kruing. Cara pembuatanya sangat mudah. Damar Tengkawang yang sudah bubuk dicampur dan diaduk dengan air panas. Setelah siap jadi perekat oleh pembuatan perahu sampan atau perahu motor mereka rekatan anatar papan agar tidak bocor dengan menggunakan perekat damar pohon Tengkawang.

Bibit pohon Tengkawang dibutuhkan untuk program koservasi dan rehabilitas lahan ataupun untuk pengembangan tanaman tengkawang. Maka, bibit Tengkawang memiliki nilai ekonomis apabila dikelola dengan baik.

Harga bibit pohon Tengkawang siap tanam diantar Rp.5.000/pohon sampai Rp.7.000,-/pohon. Untuk membangun bisnis bibit tengkawang diperlukan pembangunan areal pembibitan. Selain peluang mejual bibit siap tanam juga bisa menjual dalam bentuk buah yang baik untuk dijadikan benih.

Deman bilang, saat ini yang sudah membangun pabrik mini Tengkawang di Kalimantan Barat adalah di Desa Sahan, Kabupaten Bengkayang, Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka 2 Desa Poring, Kecamatan Manukung, Kabupaten Melawi.

“IAR ada juga memmbangun mini pabrik di wilayah dampingan di Kabupaten Melawi,“ kata Direktur Eksekutif Institut Riset dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan (INTAN), Deman Huri seraya menambahkan Tropical Forest Conservation ACT (TFCA) Kalimantan berperan besar dalam pelaksanaan program meningkatkan kontribusinya dalam konservasi keanekaragaman hayati di Kalimantan. TFCA Kalimantan adalah program kerjasama pengalihan utang antara pemerintah Indonesia dan Amerika, dengan TNC dan WWF sebagai swap partner, sementara Yayasan KEHATI berperan sebagai administrator TFCA Kalimantan.

Penulis: Aceng Mukaram

Baca artikel selengkapnya https://www.liputan6.com/regional/read/4432512/tengkawang-ekologi-nilai-sosial-budaya-dan-ekonomi-hutan-adat-borneo-bagian-ii