Kalimantan memang memiliki wilayah yang begitu luas. Namun sayangnya, tidak bisa disangkal sektor pariwisata di pulau yang berbatasan dengan dua negara tetangga, Malaysia dan Brunei Darussalam ini masih belum hadir secara optimal. Padahal sebagai pulau terbesar nomor tiga di dunia, Kalimantan merupakan tempat menyatunya kekayaan keanekaragaman hayati dan budaya. Pulau Borneo diketahui mempunyai sekitar enam persen keanekaragaman hayati dunia di area hutan tropis. Belum lagi spesies flora dan faunanya yang mencapai ribuan variasi, termasuk bunga raflesia, anggrek dan beberapa fauna endemik. Tidak cukup sampai di situ, dari segi alam kawasan jantung Kalimantan sebagian besar masih begitu alami.
Pada 1 Juli 2020, TFCA Kalimantan menyelenggarakan diskusi daring dengan tema “Geliat Ekowisata di Jantung Kalimantan” menghadirkan narasumber mitra ekowisata, yaitu Komunitas Pariwisata Kapuas Hulu (KOMPAKH), Tour operator Blue Betang HoB, dan Indonesia Ecotourism Network (Indecon).
Melihat besarnya potensi pariwista di Kalimantan, para penggiat ekowisata di Jantung Kalimantan ini optimis, setelah masa pandemi berakhir minat ekowisata di Jantung Kalimantan akan kembali ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Berbagai upaya pelayanan jasa lingkungan telah dipersiapkan untuk menyambut kedatangan wisatawan, seperti promosi paket wisata, perbaikan pelayanan, destinasi minat khusus, dll.