Pada tanggal 18 Desember 2018, KEHATI mengadakan diskusi panel tinjauan kehutanan 2018. Acara yang bertajuk “Pengenalan Peran Kehati Dalam Konservasi Hutan Indonesia” dibuka oleh Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, Riki Frindos.

Kegiatan diskusi yang mengulas kiprah KEHATI selama 25 tahun dalam mendukung program pemerintah terkait pengelolaan hutan yang berkelanjutan ini dihadiri oleh rekan-rekan media/Pers dan akademisi dengan narasumber; Prof. Hariadi Kartodihardjo (Anggota Pembina Kehati), Rony Megawanto (Direktur Program Kehati), Dwi Pujiyanto (Manajer Hibah & Administrasi Program TFCA Sumatera), Puspa Dewi Liman (Direktur Program TFCA Kalimantan), bertempat di Manggala Wanabakti Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK) Jakarta.

Dalam sambutan-nya Riki Frindos mengutarakan KEHATI sebagai lembaga pengelola dana yang mengemban amanat konservasi keanekaragaman hayati (kehati) di Indonesia akan terus melaksanakan program konservasi yang mendukung komitmen global dan nasional seperti Sustainable Development Goals (SDGs), Paris Agreement terkait perubahan iklim, Conservation on Biodiversity (CBD), dan pembangunan rendah karbon. Upaya ini dilakukan untuk mewujudkan alam yang lestari bagi manusia kini dan masa depan anak negeri.

KEHATI mendukung insiatif pemerintah dalam pengelolaan hutan berkelanjutan seperti; Perhutanan Sosial, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan Taman Nasional. Hingga dipenghujung tahun 2018 KEHATI telah bekerja di 34 propinsi dan 67 kabupaten dengan jumlah individu penerima manfaat sebanyak 311.242 jiwa diantaranya 38% adalah perempuan.

Saat ini KEHATI dipercaya sebagai administrator Tropical Forest Action (TFCA) yang mendukung pemerintah dan masyarakat lokal dalam upaya pengelolaan hutan di Sumatera dan Kalimantan melalui TFCA Sumatera dan TFCA Kalimantan.

Menyoroti kegiatan TFCA Kalimantan selain mendukung dua program yang telah berlangsung yaitu Program Heart of Borneo (HoB) dan program Karbon Hutan Berau. Program yang tersebar di dibeberapa wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur mencakupi konservasi spesies seperti orangutan, bekantan, banteng borneo, pesut Mahakam, arwana, dan rangkong gading.

Salah satu kegiatan konservasi spesies yang menarik perhatian yaitu Penemuan Badak Sumatera di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Operasi penangkapan badak betina yang diberi nama Pahu ini dilakukan oleh tim yang beranggotakan tim ahli badak dan pekerja konservasi dengan menggunakan metode Pit-trap dengan pemantauan camera trap.

Badak Pahu berhasil di tangkap di kantong 3, dan tim penyelamatan bergerak cepat untuk memindahkan badak ke kandang angkut dan kemudian dibawa ke tempat suaka (sanctuary) kelian. Kondisi Badak pahu terpantau dalam keadaan sehat dengan pengawasan dokter ahli, kita semua berharap si Pahu kedepan nya tetap sehat, ungkap Puspa D. Liman, Direktur Program TFCA Kalimantan.

Selain program konservasi satwa dilindungi, TFCA Kalimantan juga melakukan pengembangan ekonomi masyarakat sebanyak 5.188 anggota masyarakat. Program ini berhasil mengembangkan 17 produk agroforestry, HHBK, pertanian dan perikanan serta pengembangan 13 obyek wisata.

Sedangkan terkait mitigasi perubahan iklim TFCA Kalimantan berhasil melakukan penanaman dan pengayaan hutan seluas 885,61 ha, pencegahan alih fungsi lahan seluas 119.947,16 ha, pengomposan sebanyak 8,5 ton, pencegahan kebakaran hutan seluas 86.456 ha dan pengawasan melalui patrol hutan seluas 06.652,77 ha.

Capaian-capaian yang berhasil dilakukan oleh TFCA Kalimantan terkait spesies dan ekosistem antara lain; pelepasliaran sebanyak 28 orangutan, penyelamatan 2 ekor elang bondol dan jawa, perlindungan habitat 1.760 ekor bekantan di Delta sungai segah, perlindungan dan identifikasi habitat pesut di Kubu Raya, survey bio-ekologi banteng di Belantingan hulu, translokasi Badak di Kutai Barat, serta Pengelolaan 234.346,17 ha area hutan secara berkelanjutan dan kampanye perlindungan keanekaragaman hayati kepada 11.478 orang.

Sumber : Data dan Informasi –TFCA Kalimantan